Bait-Bait yang Hilang Saat Mengarang Lagu Pop

Achmad Hidayat Alsair
1 min readApr 21, 2018

--

(Unsplash.com/@jordanmcdonald)

Cinta yang diam di matamu mengawal tangga nada ceria

dan musim-musim paling gelap bernama televisi

sementara aku terdesak sebagai petugas pembuka jendela

harus menepis wajahmu dari pagar kawat berduri

Kita mungkin berhasil mencuri hujan dari kantung malam

dibarter hiasan lampu Natal sebuah loteng rumah

dan tiba-tiba aku lupa semua bantal habis terendam

sisakan pundakmu; tempat teduh lunak merah menyala

Jantung terbelit, pecahkan beberapa sesak nafas

izinkan pacu tubuh merakit ujung tulang rusuk

dan berlakulah sepuluh kecup sama dengan harga bau pelabuhan

kita muntab, persis kirab pengantin tersuruk di sawah

Aku petualang yang lahir dari pasangan pemusik amatir

pencerca radio dan plagiarisme, pekerjaan itu terlalu sepele

meski subuh hari berarti puluhan gelas bir, atau kopi, atau urin

dan menidurkan orang-orang di emperan toko dengan lagu terlarang

Cinta yang diam di matamu tetap jadi nyala tungku

padamkan pemberontakan di dadaku yang belum matang

dan tetap saja sobekan baju pada gagang pintu kamar

tandai petualangan dua badai yang lupa diantar pulang

(Makassar, 2017–2018)

--

--