Mendengar Arang Bercerita (Puisi Achmad Hidayat Alsair di Buku Antologi Bersama “Puisi Peduli Hutan”)
--
kutanggalkan kulitku yang rapuh
menantang hujan dan deru mesin
kupasrahkan nyawaku pada benih
entah kemana mereka berlarian
ke hulu atau ke hilir, sama saja
tubuhku kokoh akan runtuh
menjadi cerita di koran pagi
hujat dan cibiran jadi efek samping
mereka pura-pura lupa, akting murahan
cengkerama batangku dengan bara
ruhku gentayangan, abu dan asap
hantui jalanan dan perkotaan
arwah penasaran, minta tanggung jawab
akarku kehausan, kering meranggas
tak ada aliran air maka jadilah dahaga
berkepanjangan, musim hujan fana
berdoa pada Tuhan, sekedar mohon
dan buliran turun dari langit
tempias di gunung-gunung telanjang
benteng kokoh telah rapuh
dimakan gergaji besi, roda dan beton
longsor dia, luruh sekaligus gusar
marah pada para manusia
malu pada sang Pencipta
menebalkan tanah lalu menerjang, deras
kawah berisi nafsu, kau gali sendiri
mengantarmu ke jalan pintas bencana
siapa yang kau salahkan? diriku?
lekas bakar tubuhku yang menghitam
tak sudi kudengar alibimu
(Makassar, 24 Juni 2016)
(Puisi ini turut dimuat dalam buku antologi bersama “Puisi Peduli Hutan” terbitan Tuas Media Publisher)