Perempuan Raqqa (Puisi-puisi Achmad Hidayat Alsair di Buku Antologi Bersama “Perempuan Raqqa”)
--
Perempuan Raqqa
Parit-parit ini, tembok-tembok rubuh ini
menjelma ketakutan yang datang bersama peluru
atau bom tanpa tuan mendarat di pangkuanmu
sebagai belasungkawa paling kering
Anak merengek minta makan, lalu menyusui
telah hilang dari rumah, dari puing-puingnya
pindah ke bawah tenda pengungsian yang gemetar,
berjalan menuju kota yang enggan menerimanya,
atau tenggelam di Laut Tengah bersama dirimu
Jangan menangis, Bunda! Jangan!
Ujung rambutmu takkan pernah hangus
takkan pernah rontok kecuali di lantai dapur
Jangan khawatir, Bunda! Jangan!
Kota memang telah sepi, penuh luka dan darah
tapi Tuhan belum pergi dari menara runtuh itu
(Pomalaa, 7 Juli 2017)
______________________________
Perempuan Gulag
Terangkanlah kenapa kami tak memiliki kisah
tidak memiliki anak dan cucu
sebab pertalian terputus oleh tembok-tembok tersembunyi
Kesepian seperti puncak bukit salju : maut
yang menekuk paksa kaki-kaki sehat lagi jenjang
Tegakkan telinga saat kamerad bicara revolusi
sambil dia jambak rambut lebat kami keras-keras
Tegakkan tubuh saat kamerad nyanyi mars partai
sambil dia tampar wajah kami yang kelaparan
Terangkanlah kenapa kami tidak memilki kisah
pengiring tidur sebagai ibu dan nenek
Toh di akhir kami tetap menjadi catatan kaki
atau nisan-nisan tanpa nama di dalam hutan
(Pomalaa, 7 Juli 2017)
(Puisi ini turut dimuat dalam buku antologi bersama “Perempuan Raqqa” terbitan Kaifa Publishing)