Stasiun Kereta di Wina Tahun 1947 (Puisi-puisi Achmad Hidayat Alsair di NusantaraNews, Minggu 19 Maret 2017)
--
Ada tiga puisi saya yang dimuat di kanal “Kreatifitas” situs berita daring NusantaraNews pada hari Minggu 19 Maret 2017. Tautan menuju artikel : http://nusantaranews.co/stasiun-kereta-di-wina-tahun-1947-puisi-achmad-hidayat-alsair. Berikut salinan seluruh puisi tersebut.
______________________________
Perihal Stasiun Kereta di Wina Tahun 1947
Perempuan itu menunggu kereta tiba
gerbong-gerbong muram tanpa nama
dari timur, kota antah berantah
terdengar decit roda kian lemah
Sekepal doa telah lama terucap
begitu ranum, terdengar indah
diulang-ulang hingga dia lelap
mengadu dalam tidur pasrah
Foto buram penghias dinding
selalu dia bawa bersama pagi
hingga senja permisi jadi kemuning
ada kantuk dijamu kembali
Kini datang rombongan
penantian berubah tangisan
Kaluppini, Juli 2016
______________________________
Ruang Interogasi
Terbentur dia oleh kaki kursi, giginya patah
Jiwanya geletak di lantai, bersimbah pasrah
Cahaya semburat di dinding, nyawa melemah
Bau keringat menyengat, ruangan terus gerah
Langit-langit yang buram, kesitu dia tengadah
Tangannya gemeretak, hasil dikepit oleh marah
Begitu pula kakinya, tak mampu ia melangkah
Ketika pandangan menggelap, dia sadar telah kalah
Makassar, Maret 2016
______________________________
Makan Siang di Kamp Guantanamo
Aku diterjang oleh kepalan
begitu deras menerpa, kencang
Aku diterjang oleh tendangan
begitu keras menimpa, pincang
Tandas sudah ruhku
hilang entah kemana
Tandas sudah genggamanku
jemariku dipancung bara
Beri kami air, melepas dahaga
dan dalam kolam kami tenggelam
Beri kami nasi, melepas lapar
dan di ruang makan kami dibungkam
Terjerembap di lantai
jejalan sepatu lars dan rantai
Terjerembap di sel sendiri
jejalan tempeleng dari arah kiri
Ini sajian dari dapur kami
silakan menikmati
Makassar, Juni 2016