Catatan Dari Tembok Auschwitz (Puisi-puisi Achmad Hidayat Alsair di NusantaraNews, Minggu 27 November 2016)
--
Ada tiga puisi saya yang dimuat di kanal “Kreatifitas” situs berita daring NusantaraNews pada hari Minggu 27 November 2016. Tautan menuju artikel : http://nusantaranews.co/catatan-dari-tembok-auschwitz-dan-tembok-gulag-puisi-achmad-hidayat-alsair/. Berikut salinan seluruh puisi tersebut.
______________________________
Pulanglah Kantor Tepat Waktu
Sayang, bilik kerjamu bukan tempat semadi
gusti dewata tidak ingin menjejak kaki
menjenguk dan menghitung ceceran peluhmu
di antara kabel hitam dan berkas penguar jemu
bahkan mustahil dua orang meringkuk di situ
Jangan adakan lomba umpatan paling keras
kopi juga belum tersedia di kantin
lampu mobil terparkir terlalu nyalang di matamu
kutunggu kau dalam sebuah lukisan pajangan
penuh kebosanan, rayulah diriku untuk tetap membatu
Dalam gelas hampa, kau bayangkan aku memanggil
membawa seduhan bunga paling layu di lorong
terbersit keinginan mandi dalam setelan lengkap
kegerahan dan lelah, kerah terlalu lama mencekik
bekal buatanku tak akan bertahan hingga sore
Sekarang jam dinding itu tersenyum, meledek
putih dinding terlalu silau, jendela selalu berteriak
kau suburkan rindu yang ditanam saban pagi tadi
saatnya kau petik, taburkan di atas trotoar
biarkan geletak, jadikan penuntun menuju dekapanku
Makassar, 21 November 2016
______________________________
Catatan Dari Tembok Gulag
Kubebat kakiku dengan kain belacu tebal
hitam, seperti malam-malam tanpa perapian
dan kasur tipis yang tidak nyaman
gigil dalam barak, membakar sisa keringat
kaki-kaki gemetar, membisik tentang rumah
jemari bisa tercerabut satu persatu
Menjelang pagi, fajar itu kami enggan sambut
antrian menuju sarapan tak kenyang
bubur hampir basi, dan kentang sisa kemarin
kadang dihantam pentung atau makian
terasa sudah biasa, rutinitas kerja paksa
mau mengadu ke siapa? mereka biang ini semua
Selanjutnya kami bekerja hingga peluh tandas
menggali, memotong, menggilas, merapikan
mencangkul, memasang, melepas, memetik
membangun, menata, menarik, menancap
semua dalam satu perintah dan aba-aba
istirahat berarti mengumpankan diri pada kepalan
Berlangsung hingga sore, kadang malam
satu-satunya tempat mandi adalah sungai beku
atau salju? sama saja dinginnya
ada perapian, sebuah tempat pembakaran
tubuh-tubuh kaku yang tak sanggup lagi didera
disana mereka berakhir, sepi tanpa keluarga
Berapa lama lagi? hanya ada satu pertanyaan
Semu kebebasan atau oleh ajal? tak ada jawaban lain
Makassar, Juli 2016
(Ket. : Gulag adalah tempat dimana Uni Soviet dulu menampung orang-orang yang dianggap sebagai “musuh negara” dan disana mereka menjalani hukuman kerja paksa.)
______________________________
Catatan Dari Tembok Auschwitz
Jejeran barak dan bau hangus badan terbakar
ada tubuhku, kurus akibat kurang gizi
berhari-hari tanpa asupan, hanya makian
kemudian langkahku semakin lemah tertatih
kulitku pucat, serupa hantu tapi menapak
duniaku menyempit dibatasi kawat dan senapan
Sipir lalu datang, menyuruhku melepas pakaian
katanya aku harus mandi (badanku memang bau)
namun yang mandi bukan cuma aku seorang
ruangan untuk kami pun bukan bilik mandi
entah apa ini, apa rencana mereka?
tiba-tiba di ingatan berkelabat wajah istriku
Sekonyong gigil kaki dan sekujur tubuh
namun surga terasa lebih dekat dari jangkauanku
Makassar, Juli 2016
(Ket. : Auschwitz adalah salah satu kamp konsentrasi yang didirikan oleh rezim Nazi Jerman untuk orang-orang yang “menjadi wabah untuk masyarakat Arya Jerman sejak lama”. Kamp ini sendiri dilengkapi dengan kamar gas untuk membunuh para interniran.)