Kelahiran Tirani, Pusara Kata-Kata (Puisi-puisi Achmad Hidayat Alsair di Saibumi, Sabtu 12 November 2016)
--
Ada tujuh puisi saya yang tayang di kanal “Sastra” situs berita daring regional Lampung, Saibumi.com pada Sabtu 12 November 2016. Tautan menuju artikel : http://www.saibumi.com/artikel-81064-kelahiran-tirani-puisipuisi-karya-achmad-hidayat-alsair.html. Berikut salinan puisi-puisi tersebut.
______________________________
Kelahiran Tirani
Kupasang bara dalam batang rahimmu
lahirlah anak yang nanti ditempa di atas runtuhan
peradaban maupun bakaran abu buku-buku
hasil penasbihan kuasa dan rapuh empati
Beri dia siraman rasa kalut dan gebu
khutbah paranoid dibungkus lagu-lagu profan
istana yang nanti menjadi penjagalan
biarkan dia jejak, belajar mengukir kepalan
Makassar, 8 Juli 2016
______________________________
Hutan Hujan Tanpa Sungai
Aku hutan hujan tanpa sungai
menghauskan diri hingga kerontang
pelepasan daun dan gemuruh hujan
mitos termanis selain keringnya danau
Aku hutan hujan tanpa sungai
teguklah dahaga dadaku sepuasnya
galilah liang tidurmu jika mampu
kalau-kalau engkau jatuh terlelap
Aku ingin menjadi hujan yang mengalir dalam nadimu
Kaluppini, 15 Juli 2016
______________________________
Ziarah Hujan
Kita bertamu dalam deras
sesekali tersungut karena basah
segala pelindung tubuh hingga kepala
luntur dandanan dan kejantanan
Kita bertamu dalam malu
ingin mengetuk seluruh pintu rumah
tapi jemari kerut oleh ribuan jabat tangan
marah, lalu menggenangi pekarangan
Ada yang lupa kukemas :
perapian dan segala pelukan
tak ada ditemui sepanjang jalan
menolak tempat persembunyian
Kaluppini, 16 Juli 2016
______________________________
Belajar Menulis Puisi
Langit bertitah aku harus menulis
memahat batu dengan kuku-kuku tipis
mewarnainya dengan kapur dan sembilu
bermain tangkap lempar ambigu
Buku-buku puisi kemudian kebakaran
dalam bara, semua diksi saling berkejaran
Makassar, 17 Juni 2016
______________________________
Pertanyaan Malam Jumat
Mana yang lebih menyeramkan :
sebuah pohon beringin di pemakaman tua
atau seorang kekasih yang merajuk kala datang bulan?
Malam ini, semuanya tersedia cuma-cuma
Makassar, Mei 2016
______________________________
Pusara Kata Kata
Kembangkan napasmu, tautkan dengan derik serangga di sebuah pohon paling tinggi
Lomba tertawa resmi berakhir, poster kontes menghitung tangis baru terpasang di dinding
Jangan tidur malam ini, Daniel Sahuleka bersedia membagi satu-dua dendangan
Mandi dalam kolam air keruh, lagukan godaan Ken Dedes yang paling memabukkan
Kalung bunga mawar rekah, jimat pengusir kesepian wasiat seorang pengelana
Pahatlah pusara itu, berita obituari di koran pagi bisa menjadi sumber inspirasi
Makassar, 30 Oktober 2016
______________________________
Selamat Datang Purnama
Yang kau bilang purnama malam ini
adalah tempatku mengirim sepi
menjadi sandi dalam cahaya
paling nyala
paling bara
tempat berunding melawan kenangan
paling tenang
paling peka
gigil, dan tubuh rela diterjang
melawan angin muson barat
perbatasan antara gelisah dan tenggelam
larut, sengaja mengapung
paling siksa
paling lelap
Dan di ujung petang hari
kau membelaiku
bujukan untuk segera jinak
paling lunak
paling cair
dengarlah aku mengucap selamat datang
Makassar, 14 Oktober 2016