Puisi Tentang Puisi
--
(I)
Jemari yang bergerak
arahnya sukar ditebak
pena ibarat bidak
ambigu penuh jebak.
Kata mulai terukir
susun rapi bak sisir
tinta hitam semir
lebur hingga pinggir.
Mata yang menyala
gerak karena baca
otak menyusun makna
lalu lelah karena menerka.
(II)
Ada yang menjadi pujangga
ketika dirinya kasmaran
oleh endapan ampas cinta
yang lupa masuk pencernaan.
(III)
Aku ingin meracau dengan makna
namun sedih karena tak bertemu rima.
(Makassar, 21 April 2016)